Oleh
Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
LUBANG WARAK - Tulisan
ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya, “Fiqih Shalat: Sunnah-sunnahGhairu Muakkadah dalam Shalat Bagian #1”...
9. Meletakkan kedua tangan di atas dada, dan
posisi tangan kanan berada di atas tangan kiri.
Hal ini
berdasarkan perkataan Sahal, “Orang-orang diperintahkan untuk menaruh tangan
kanannya di atas lengan krinya dalam shalat.” Juga berdasarkan perkataan Jabir:
“Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam pernah
melewati (menjumpai) seorang laki-laki yang sedang shalat dan dia meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya, lalu beliau merubah tangan orang tersebut dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya,” (Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uzzawaid: 2/104, dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan isnad yang shahih).
melewati (menjumpai) seorang laki-laki yang sedang shalat dan dia meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya, lalu beliau merubah tangan orang tersebut dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya,” (Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uzzawaid: 2/104, dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan isnad yang shahih).
10. Berdoa ketika sujud
Berdasarkan
sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam:
“Ingatlah! Sesungguhnya aku dilarang membaca
Quran ketika rukuk dan sujud, adapun dalam ruku, maka agungkanlah Rabb, dan
adapun dalam sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, maka doa kalian
layak untuk dikabulkan,” (HR Muslim:
1/738).
11. Berdoa ketika tasyahud akhir setelah
bershalawat kepada Nabi Shalallahu’alaihi wasallam dengan lafadz ini:
“Allahumma inni a’udzubika min ‘adzabi
jahannam, wa min ‘adzabil qubri, wa min fitnatil makhya wal mamaati, wa min
syarri fitnatil masyikhid dajjali...”
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dan dari fitnah hidup
dan mati, serta dari kejelekan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”
Berdasarkan
sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam:
“Apabila salah
seorang dari kalian telah selesai membaca tasyahud akhir maka berlindunglah
kepada Allah dari empat hal: Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dan dari fitnah hidup dan mati,
serta dari kejelekan firnah Al-Masih Ad-Dajjal,” (HR Muslim: 1/412, 130, Kitab Al-Masajid).
12. Memulai salam dengan menoleh ke sebelah kanan
13. Salam yang kedua menoleh ke sebelah kiri.
Berdasarkan
riwayat:
“Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam
mengucapkan salam ke sebelah kanan dan kirinya sampai terlihat pipinya yang
putih,” (HR Ibnu Majah: 1/296, Imam
Ahmad: 8/483, Abu Daud: 74).
14. Berdzikir dan berdoa setelah salam
Hal ini
berdasarkan hadist-hadist berikut:
Tsauban
menuturkan, “Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam apabila beliau selesai dari
shalatnya beliau beristighfar tiga kali (astaghfirullah) dan berdoa,
“Allahumman antassalaam, wa minkassalaam,
tabarakta dzal jalaali wal ikraam...”
“Ya Allah! Engkau Maha selamat dan dari-Mu
keselamatan, Mahasuci Engkau wahai Yang Maha memiliki kebesaran serta kemuliaan,”
(HR Muslim: 414).
Mu’adz bin
Jabal menuturkan, “Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam pernah pada suatu
hari memegang tangannya, kemudian bersabda, “Wahai Mu’adz! Sungguh aku
mencintaimu..., aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, Janganlah kamu lewatkan
pada setiap selesai shalat untuk berdoa,”
“Allahumman a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika
wa khusni ‘ibaadatika...”
“Ya Allah! Bentulah aku untuk selalu
mengingat-Mu, bersyukur kepadaMu, dan bantulah aku untuk memperbagus ibadah
kepadaMu,” (HR Abu Daud: 1522, dan
Al-Hakim: 1/373, dan menshahihkannya).
Mughirah bin
Syu’bah menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam berdoa setiap
kali selesai shalat fardhu:
“Laa ilaha illa Allah wakhdahu laa
syarikalahu, wa lahul khamdu, wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir. Allahumma laa
maa ni’a lima a’thaita, wa laa mu’tiya limaa mana’ta, wa laa yan fa’u dzal
jaddi minkal jaddu...”
“Tidak ada
Illah (yang berhak disembah) selain Allah, tiada satu pun sekutu bagiNya,
kepunyaanNya lah segala kerajaan, segala puji bagiNya, Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu. Ya Allah! Tidak ada penghalang dari apa yang Engkau berikan dan
tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah, serta tidak akan memberikan
manfaat bagi pemilik kemuliaan (kekayaan) karena dariMu lah kemuliaan itu berasal,”
(HR Al-Bukhari: 2/8).
Abu Umamah
menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa membaca ayat Kursi setelah
setiap kali selesai shalat, tidak ada yang dapat menghalanginya dari memasuki
surga kecuali mati,” (Disebutkan
oleh Imam Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath: 8/92, 17/377, dan An-Nasai
dalam As-Sunah Al-Kubra: 6/30).
Abu Hurairah
menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa
bertasbih setiap kali selesai shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan
bertahmid sebanyak tiga puluh tiga kali, serta bertakbir tiga puluh tiga kali,
maka itu semua berjumlah sembilan puluh sembilan, lalu menyempurnakannya
menjadi seratus dengan mengucapkan: ‘Laa
ilaha illa Allah wakhdahu laa syarikalahu, wa lahul khamdu, wahuwa ‘ala kulli
syai’in qadiir,’ maka dosa-dosanya diampuni meskipun sebanyak buih di
lautan,” (HR Muslim: 146, kitab
Al-Masajid).
Sa’ad bin Abi
Waqash menuturkan bahwa setiap kali Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam
selesai shalat, beliau beristi’adzah (berlindung kepada Allah) dengan
mengucapkan doa:
“Allahumman inni a’udzu bika minal bukhli, wa a’udzu
bika minal jubni, wa a’udzu bika min an uradda ila ardalil umuri, wa a’udzu
bika min fitnatid dunyaa, wa a’udzu bika min ‘adzabil qabri...”
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari kebakilan, aku berlindung kepadaMu dari sikap pengecut, aku
berlindung kepadaMu dari kepikunan, dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah
dunia, sera aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur.” Sa’ad bin Abi
Waqqash pun mengajarkan doa ini kepada anak-anaknya, (HR Al-Bukhari: 8/97, 98, 103). Wallahu’alam
bish shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar